Sabtu, 18 Desember 2010

Montir Nakal

Siang itu, saya menyetir mobilku ke sebuah bengkel. Terus terang,
bengkel itu bukan bengkel langgananku. Ayahku yang mengusulkan
bengkel itu. Katanya, para pekerja bengkel itu amat cermat dan
servisnya memuaskan. Jadi, kupikir tak ada salahnya untuk mencoba.
Dari luar, bengkel itu nampak tak jauh berbeda dengan bengkel
lainnya. Tanpa kesulitan, saya menyetir mobilku masuk dan berhenti
di dalam garasi bengkel itu. Begitu saya keluar dari mobilku, tiga
montir pria mendatangiku. Tampang mereka ramah, berwajah tampan bak
cover model. Seragam montir mereka berlumuran oli dan berbau
keringat. Tangan mereka terlihat besar dan kokoh. Dengan ramah,
seorang dari mereka menyalamiku dan berkata, "Saya Adi. Kepala
montir di sini. Dan mereka ini Rudi, dan Parjo. Anda anaknya Tuan
Lamlo?" Saya mengangguk. Entah kenapa, senyuman Adi berubah menjadi
sedikit mesum, seolah dia ingin mneggodaku. Astaga, jangan-jangan
si Adi homo. "Anda tak usah khawatir, kami akan memperbaiki mobil
Anda dalam sekejab," tambah Adi, berdiri semakin dekat denganku.
"Palingan knalpotnya butuh disedot, kemudian disodok. Cairan olinya
akan kami kuras sampai kering, dan menggantinya dengan yang baru,"
kata Rudi, mendekatiku. Entah kenapa, omongannya, meskipun tentang
mobil, berbau seks. Sepintas Adi, Rudi, dan Parjo kelihatan hampir
sama. Tubuh mereka semua tegap dan kekar, mungkin akibat kerja
keras mereka selama di bengkel. Di antara mereka semua Adi-lah yang
paling tampan. Kulit mereka memang sedikit gelap. Saya terlihat
kontras sekali berdiri di sana sebagai seorang Chinese, berhubung
warna kulitku putih mulus. Satu-satunya hal aneh tentang mereka
yaitu mereka kelihatan sangat homoseksual. Mereka gemar saling
meraba. Pria straight takkan suka meraba-raba tubuh pria lain!
"Papa Anda tadi telepon dan mengabarkan bahwa Anda akan datang.
Beliau berpesan agar kami menyediakan servis yang paling
memuaskan," tambah Adi, kini telah berdiri tepat di hadapanku.
Napasnya yang panas terasa sekali di kulit wajahku. "Anda takkan
menyesal dengan servis kami." Para montir itu mengelilingiku dan
mengepungku.
Tiba-tiba Parjo memegangi kedua tanganku dari belakang. Terkejut,
saya berusaha untuk melepaskan diri, namun tangannya terlalu kuat.
Kemudian, Adi maju dan mulai membuka paksa kemejaku. Sekali tarik,
kancing kemejaku lepas dan jatuh ke lantai. Sementara itu, Rudi
berjongkok dan sibuk melucuti celana panjangku. Saya ingin
berteriak minta tolong, namun entah kenapa saya tidak melakukannya.
Celana panjangku sudah terbuka, meski belum jatuh ke lantai. Adi
menyisipkan tangannya ke dalam celana dalamku. Kontolku bereaksi
dan mulai menegang. "...aaahhh... hhoohhh... uuuhh..." desahku
ketika Adi memain-mainkan kepala kontolku. Rasa nikmat mulai
menyerang diriku. Saya tahu saya takkan dapat kabur dari mereka,
maka saya lebih memilih untuk bekerja sama. Lagipula, saya sendiri
juga akan kebagian rasa nikmat itu.
Mengetahui bahwa saya tak lagi meronta-ronta, Parjo melonggarkan
pegangannya. Setelah kemeja dan celana panjangku lepas semua,
keempat montir bejat itu mulai terangsang. Kontolku sendiri masih
terperangkap dalam celana dalamku karena Adi memutuskan akan lebih
seksi untuk membiarkanku memakai celana dalamku. Bergantian,
montir-montir itu menurunkan restleting seragam mereka. Tubuh-tubuh
indah yang dihiasi otot pun mulai bermunculan. Dalam sekejab, di
sekelilingku terdapat tiga pria macho telanjang, masing-masing
dengan kontol ngaceng.
Adi mendekatiku dan mulai meraba-raba sekujur tubuhku. Kontolku
diremas-remas dan bibirku dicium-cium. Sementara Parjo, dari
belakang, mengelus-ngelus punggung dan belahan pantatku. Rudi, tak
mau ketinggalan, mencium-cium kakiku sambil mencoli kontolnya
sendiri. Suasana di dalam bengkel itu menjadi sangat panas dan
bergairah. Saya pun terbawa nafsu dan mulai menikmati seks sejenis
itu. Dari dulu saya memang telah menduga-duga bahwa saya adalah
seorang homoseksual, tapi saya tidak yakin. Kejadian di bengkel itu
mengubah semuanya, meyakinkanku akan homoseksualitasku.
"Cowok Cina ini milikku seorang. Kalian main dengan berdua saja,"
perintah Adi dengan nada penuh kekuasaan. Teman-temannya menurut
dan meninggalkanku. Rudi dan Parjo kemudian sibuk bercinta di
hadapanku. Tanpa malu, mereka saling berciuman mesra bak sepasang
kekasih. Tangan mereka saling meraba dan erangan nikmat pun
terdengar. Kontolku semakin ngaceng melihat perbuatan mesum mereka.
Adi yang sudah tak sabar langsung memalingkan wajahku dan
menciuminya dnegan bernafsu. Bibirnya terkunci dengan bibirku dan
kami mulai saling menjelajahi isi mulut kami. Lidah kami, seperti
ular, saling menjulur masuk, dan terkadang saling bergulat. Air
liur kami bercampur menjadi satu. Bagi orang lain, hal ini mungkin
dianggap jorok, tapi tidak bagi kami yang sedang dilanda nafsu
birahi. "hhhohh...hhhoohh...hhhohhh..." desah Adi, meremas-remas
pantatku.
"ooohhh... Mas Adi.... Hhhoohhh.... Enak sekali," desahku. "Mas
merangsang.... Uuugghh... kontol saya... hhohsshhh.... Saya ingin
bercinta.... Hhhoosshhhh..." desahku seperti seorang pelacur.
"...ngentotin saya Mas...hhhoohh... tolong Mas..."
"Nanti dulu sayang... hhhohhh... Mas Adi minta disepong dulu....
Hhhoohh... ayo donk.... Sepong kontol Mas Adi dulu yah? ...
hhhohh... lalu Mas bakal mengobok-ngobok... aaahhh... lubangmu
dengan...hhhohhh kontol Mas Adi.... Hhhoohhhh..." bisik Adi seraya
meremas-remas dadaku. Aaaahhh... nikmat sekali remasan tangannya
itu... hangat... keras... dan bertenaga. "Ayo.. sedot kontol Mas
Adi donk..." desaknya.
Bagaimana saya dapat menolak permintaan montir tampan itu? Meskipun
saya sama sekali belum pernah mencicipi kontol, saya bersedia
mencobanya. Apalagi kontol Adi sungguh indah dan enak dipandang.
Kontolnya disunat dengan rapi, tak terlihat bekas jahitan,
seolah-olah dia terlahir tanpa kulup. Kepala kontolnya seperti helm
baja, mengkilat-kilat, dan berwarna kemerahan. Denyutan-denyutan
kontol itu membuatnya seperti hidup. Sesekali, setetes precum
keluar dari lubang kontolnya. Dengan patuh, saya berlutut di
hadapannya. Tak ada keraguan sedikit pun dalam diriku ketika saya
memegang bantang kontolnya itu. Nampak Adi tersenyum dan
mendukungku untuk memulai oral servis. Kagum akan kontolnya itu,
saya menciumi kepala kontolnya terlebih dahulu dan menjilati habis
cairan precumnya itu. Mmmm... asin-asin tapi lezat... Saya
ketagihan precum Adi dan ingin lebih banyak lagi. Kontol itu
kukocok-kocok dan kuremas-remas. Beberapa tetes precum mengalir
keluar dan langsung kusedot habis.
Namun itu belum cukup sama sekali. Maka saya pun memasukkan kontol
Adi ke dalam mulutku dan mulai menghisap. Hisapanku memang agak
sedikit canggung, tapi saya berusaha untuk menyenangkannya. Saya
menganggap kontolnya seperti sebatang sedotan besar yang harus
kusedot agar cairan itu masuk ke mulutku. Dan lama-kelamaan,
nampaknya Adi sangat menikmati sedotanku itu. Dia mulai
mengerang-ngerang dan meremas-remas bahuku. Saya hanya dapat
mengeluarkan suara SLURP! SLURP! SLURP! Karena keasyikkan menyedot
kontol itu. Selama itu, celana dalam putihku masih kupakai dan
kontolku terasa sesak sekali di dalamnya. Tentu saja precum-ku
sudah membanjir keluar. Tepat di bagian tengah di depan celana
dalamku, nampak noda cairan precum yang mulai melebar. Adi
melarangku untuk melepasnya. Katanya lebih seksi. Saya hanya
menurut saja, meskipun saya ingin sekali telanjang bulat agar saya
dapat segera mencoli kontolku itu.
Tak jauh dari tempatku, Parjo sedang bersimpuh di depan Rudi sambil
menghisap kontolnya. Kontol Parjo sendiri ngaceng berat dan sibuk
dikocok-kocok olehnya. "hhhoohh... hhhhoohhh... hhhooohh..." Rudi
terus mendesah-desah sambil mencubiti putingnya sendiri. Sementara
Parjo tak dapat berkata apa-apa. Hanya suara lidah dan sedotannya
saja yang terdengar SLURP! SLURP! SLURP! Nafsu birahiku semakin
memuncak menyaksikan tingkah bejat mereka. Dalam benakku, saya
membayangkan ketiga monntir tampan itu pasti sering berpesta seks
sejenis di bengkel mesum itu. Untuk sesaat, saya berharap bahwa
saya pun seorang montir seperti mereka :) agar saya dapat mencicipi
tubuh mereka setiap hari kerja.
Tiba-tiba, Adi mulai menyodokkan kontolnya. Tentu saja saya agak
kaget sebab saya belum siap. Telingaku dijadikan pegangan dan Adi
mengentotin mulutku dengan penuh semangat. Pada saat itu, saya
berhenti menghisap dan hanya membuka mulutku saja, membiarkannya
menyodomi mulutku. Kontolnya dengan membabi-buta menyerang dinding
dalam mulutku dan bahkan menghajar anak tekakku. Alhasil, saya
hampir muntah, tapi tidak jadi. Dikuasai nafsu, Adi terus menyodomi
mulutku. Sodokan kontolnya terasa begitu keras sampai-sampai
kepalaku selalu terdorong ke belakang. "hhhooh... aaaahhh....
Oooohhh.... Aaaahhh...hhhooossshhh..." Wajah Adi nampak serius
sekali, keringat membasahinya. Dadanya yang kekar tampak
bergoyang-goyang sedikit. Kedua putingnya melambai-lambai ke
arahku. Ah... sungguh pemandangan yang merangsang kontol.
Tiba-tiba, Adi menjerit. "AAARRGGHHHH...!!!!" Kontolnya disodokkan
sedalam-dalamnya dan sekuat-kuatnya lalu dibiarkan di sana. Kontol
itu langsung melar, berdenyut-denyut, dan meledak. CCRROTT!!!
CCRROOT!!! CCRROOTT!!! Pancaran pejuhnya memenuhi mulutku dan
langsung kutelan. Sungguh lezat sekali, belum pernah saya mencicipi
minuman seenak itu. "UUUGGHH!!! AAAHHH!!! OOOHHH!!!" Adi memegangi
kepalaku kuat-kuat sementara tubuhnya terguncang orgasme. Saat
semuanya usai, Adi yang tampan itu nampak letih sekali, namun
kontolnya masih ngaceng.
Sementara itu erangan-eranagn keras juga terdengar dari pasangan
bejat Rudi dan Parjo. Nampak Rudi menengadahkan kepalanya ke
belakang, membuka mulutnya lebar-lebar, mata terpejam, tubuhnya
menggeliat-geliat, dan kontolnya menyemprot tak karuan di dalam
mulut Parjo. CCRROOTT!!! CCRROOTT!!! CCCRROOTT!!!!
"AAAAARRRGGGHH!!!... AAARRGGHH!!!... AARARRGHH!!!..." erang Rudi
saat dia sibuk menghabiskan persediaan pejuhnya. Saya menjilati
bibirku, berharap saya juga dapat mencicipi pejuh milik Rudi.
Adi menciumiku dan meremas-remas kontolku. Saya sedikit frustasi,
kenapa dia tak membiarkanku melepas celana dalamku saja? Sambil
menepuk pantatku yang padat, Adi berkata, "Tungging'in pantatmu."
Saya bingung tapi menurut saja. Saya yakin mereka takkan
menyakitiku. Mereka itu hanya ingin ngentot denganku saja. Lalu
saya merasakan benda tajam menggores celana dalamku, tepat di
bagian pantat. SRET! Angin dingin berhembus masuk, menggeletik
anusku. Rupanya, Adi sengaja melubangi celana dalamku agar dia bisa
ngentotin saya tanpa melepas celana dalamku. Saya kecewa sekali
karena saya masih juga tak diizinkan untuk bertelanjang bulat.
"Kamu akan menjadi piala bergilir kami, sayang," bisiknya sambil
mencubiti putingku. AARGGH!!! Tumben, Adi tidak lagi memanggilku
'Anda'.
Rudi cepat-cepat merentangkan sehelai selimut usang di atas lantai
yang kotor dan buru-buru berbaring dia atasnya. Kontolnya yang
ngaceng sengaja dikocok-kocoknya agar ereksinya terjaga. Saya
kemudian didorong ke arahnya. Saya mengerti bagaimana Rudi ingin
mengentotinku. Maka saya merayap ke arahnya dan memposisikan lubang
duburku tepat di atas kontolnya, wajahku menghadap wajahnya. Lalu
pelan-pelan kontol itu pun amblas masuk."AARRGGHH!!!" erang Rudi
saat kepala kontolnya dicekik oleh otot anusku. Saya sendiri juga
mengerang kesakitan saat kontol Rudi memaksa masuk. "UUUGGHHH!!!!"
Adi dan Parjo mengelilingi kami dan menyaksikan pertunjukkan kami
sambil mengocok batang kontol mereka. Suara becek kocokan kontol
mereka bergema dalam ruangan itu.
"AAARRGGHH!!!" erangku ketika kontol Rudi akhirnya PLOP! masuk.
Baru kali ini anusku dingentotin kontol. Tak pernah terpikir bahwa
saya bakal merasakan nikmatnya dingentotin kontol. "AAARRGGHH..."
erangku lagi, memutar-mutar kepalaku. Rasa sakit mendera anusku,
Rudi sementara itu mendorong-dorong kontolnya masuk, menginvasi
anusku. Saya hanya meringis kesakitan sambil berusaha untuk
mengangkat tubuhku sedikit. Namun terasa sulit sekali.
"AAARRRGGHH...!!! UUUGGGHH!!! Sakit, mas... AAAHHH...!!!!"
"...hhhooh...hhohh.. Tahan saja...." Erang Rudi, "Nanti juga...
hhhoohhh enak kok... aaahhhh.... Uuugghhh..." Rudi meraih dadaku
dan meremas-remasnya. "...hhhohh.. saya paling suka... uuuggghh..
dada cowok... hhhososhhh... putingnya kecil...hhhooh... merangsang
sekali... hhhoosshhh..." Keringat mulai membasahi tubuh kami. Gaya
negntot seperti itu sungguh menguras tenaga. Sambil sibuk
mengentotin pantat perjakaku, Rudi menggenggam kontolku yang
terbalut celana dalamku dan mulai mengocoknya dengan kasar. Berdua
kami saling mengerang dan menggeliat-geliat. "AARRRGGHHH...!!!!"
Saya membiarkan diriku dikuasai nafsu jahanam, nafsu antara sesama
lelaki. Namun sungguh nikmat sekali rasanya, tenggelam dalam nafsu
sejenis. Sayaa ingin Rudi menghabisi anusku, menghujamkan kontolnya
sedalam mungkin. "...hhhhoohhh... hhhooosshhh....aaahhh...."
"AARRRGGHH...!!!!" erangku ketika tiba-tiba kontolku berkedut-kedut
dan mulai berkontraksi. Nafsuku yang kutahan sejak tadi akan
meledak sekarang! Kepala kontolku membesar dan memuntahkan pejuh.
CCRROOTT!!! CCRROOTT!!! CCRRROTT!!! Saya mengejang-ngejang dan
menyebabkan kontol Rudi di dalam pantatku ikut mengejang.
"AARRRGGHH!!! UUUGGH!!! OOOHHH!!! AAAHHH..!!!" erangku sat orgasme
menguasai seluruh inderaku. Saya hanya merasakan kenikmatan yang
luar biasa sementara kontol Rudi terus menyodomiku. Celana dalamku
kontan basah semua dengan sperma.
Terpicu orgasmeku, Rudi pun akhirnya keluar lagi, untuk yang kedua
kalinya. CCCRROOTT!!! CCCRROOTT!!! CCCRROOTT!!! CCRROOT!! Tubuhnya
terguncang-guncang dan sodokan kontolnya menghajar duburku tanpa
ampun. "AARRGGHH!!! UUUGGHH!!! HHHOOHH!!! AAHHH!!!" Kami berdua
benar-benar menikmati orgasme kami, sampai pada tetes terakhir.
"AARRRGGhhhhh..."
Dengan lemas, saya mencoba untuk bangkit berdiri. Kontolku mulai
melemas dan bergelantungan, mengeluarkan sisa pejuh. Rudi berguling
ke samping lalu bangkit, masih terengah-engah. Kukira semuanya
telah selesai, namun tiba-tiba Parjo memelukku dari belakang,
kontolnya yang ngaceng terasa sekali bergesekkan dengan pantatku.
"Gantian gue ngentotin loe," serunya. Tanpa membrikanku kesempatan
untuk protes, Parjo langsung menancapkan kontolnya sedalam-dalamnya
dalam lubang duburku. Saya hanya bisa berteriak, "AAARRGGHH!!!!"
Bagaikan binatang buas, Parjo menguasai tubuhku. Gerakan ngentotnya
mula-mula cepat, lalu lambat. Kemudian dia kembali mempercepat
sodokannya, lalu melambat, begitu seterusnya. Saya hanya
menjerit-jerit saat tiba pada ritme cepat, sedangkan ketika measuki
ritme lambat, saya hanya mendesah saja. Parjo memang ahli
mengendalikan ejakulasinya. Gaya ngentotnya yang unik terbukti
ampuh untuk menahan laju orgasmenya. Dingentotin Parjo, membuat
kontolku bangkit kembali. "...hhhoohh... aaahhh.... Hhhoossshhh..."
desahku ketika Parjo melingkarkan tangannya di sekitar batang
kontolku dan mengocok-ngocoknya. Benar-benar nikamt sekali dikocok
sambil dingentotin.
Kata-kata kasar keluar dari mulutnya, "...aaahh... ooohh...
bangsat!... ooohhh fuck you!....hhohhh... ngentot loe!....
hhhohhh... kontol!.... aahhh... pejuh!... aaahh... enak banget....
Hhhoohhh... gue suka ngentotin... aaahhh... cowok Cina kayak loe...
hhhoohh.... Udah putih, mulus lagi... hhohh... homo
lagi....aahhh..." Selama bermenit-menit, dia terus meracau seperti
itu. Suara yang hampir mirip suara tamparan dihasilkan dari
tertumbuknya pantatku dengan tubuhnya, tiap kali Parjo menyodokkan
kontolnya. "AAARRRGGGHHH!!!!" teriaknya, dan tiba-tiba CCRROOTT!!!
CCRROOTT!! CCRROOTT!!! CCRROOTT!!!" Pejuhnya muncrat tak
terkendali, membasahi anusku. Rasanya di bagian dalam tubuhku sudah
terlalu becek dengan pejuh Rudi dan Parjo. Pejuh mereka saling
bercampur di dalam sana. "AAARRGGHH...!!!! UUUGGHH!!! OOOOHHH!!!
AAARRGGHHH!!!" Parjo terus menggenjot pantatku hingga kontolnya
berhenti muncrat.
Sementara itu, tangannya tak henti-hentinya mengocok dan meremas
kontolku dari balik celana dalamku yang basah itu. Meskipun saya
baru saja 'keluar', nampaknya pejuhku akan kembali dimuncratkan.
"AARRRGGGHHH!!!!" erangku sambil mencengkeram pinggangnya.
CCRROOT!!! CCRROOTT!!! CRROOTT!!! Saat pejuhku tertumpah, tubuhku
kejang-kejang dan bertumpu pada tubuh Parjo di belakangku. Dialah
yang dengan sabar memegangiku dan menahan gejolak orgasmeku.
"AAHHHH... UUUHHHH... OOOOHHH... HHHOOSSHHH... AAAHHHH..." CRROTT!
Dan usailah semuanya. Celana dalamku berbau tajam dengan sperma,
dan tentunya lebih basah lagi. Begitu Parjo mencabut kontolnya,
pejuhnya mengalir keluar dan turun ke pahaku. Saya masih
tersengal-sengal dan bahkan tak mampu berbicara.
Tiba-tiba Adi mendekatiku dan mulai menciumiku dari belakang. Saya
tahu apa yang diinginkannya. Dia pun ingin menyodomiku. Meksipun
agak ogah berhubung saya sudah dua kali ngecret, namun saya kasihan
juga padanya sebab sorot matanya nampak memohon sekali. Mau tak
mau, saya biarkan Adi menyisipkan kontolnya masuk ke dalam anusku
yang becek. Mudah sekali baginya untuk masuk. Dan terus terang,
saya hampir tak merasakan rasa sakit apa-apa. Mungkin karena anusku
sudah terbiasa, dan mungkin juga karena banyaknya pejuh yang
melumasi lubangku.
Kembali, saya mendaki sebuah perjalanan menuju puncak orgasme. Adi
pun ingin mengocok kontolku. Dia memaksa kontolku yang lemas itu
untuk bangun sekali lagi. Saya hanya memejamkan mataku sambil
menggeliat-geliat. Rasanya nikmat sekali merasakan tangannya
meremas-remas kontolku. Kembali saya memasrahkan diriku dan
membiarkan Adi mempermainkan kontolku. Sementara itu, pinggulnya
sibuk bergerak-gerak seperti piston kereta api, memompa kontol ke
dalam tubuhku. Kontol Adi merupakan kontol yang terbesar di antara
mereka semua. Berhubung pantatku sudah banjir pejuh, Adi merasa
hangat dan basah sekali menusukkan kontolnya di dalam tubuhku.
"...hhhoohhh.... Aaahhhh.... Aaahhhh....hhhhooossshhh..."
Waktu terus berlalu sampai akhirnya saya merasakan gejala ejakulasi
Adi. Tanpa dapat dicegah, Adi menggeram seperti hewan buas dan
kepala kontolnya mengembang. Sedetik kemudian CCRROOTT!!!
CCRROOTT!!! CCRROOTT!! CCRRROOTT!!! "AARRRGGHH!!!!... UUUHHH!!!...
HHHOOOSSHHH!!!.... AAAARRRGGHH...!!!" Adi menumpahkan seluruh pejuh
yang dimilikinya, napasnya berat dan terengah-engah. Kurasakan
lubang anusku kaku dan menganga. Aliran pejuh masih terus saja
mengalir keluar.
Tiba-tiba, tiba giliranku untuk ngecret. Astaga, mereka benar-benar
ingin menguras persediaan spermaku. "AAAGGHH!!!!" Dan seperti biasa
pejuh tersembur keluar dari lubang kontolku, meskipun tidak
sebanyak yang tadi. CCRROOTT!!! CCRROOTT!!! CCRRROOT!! Namun
orgasme yang kurasakan tetap nikmat. "AAAHHHH!!... OOOOHH1!!...
UUUHH!!!" clana damku sudah tak sanggup lagi menampung spermaku.
Sperma itu pun akhirnya menyerap keluar dan jatuh ke atas lantai,
menciptakan genangan pejuh di sana-sini. Setelah itu, tubuhku
melemas dan Adi harus memapahku. Tak terkatakan betapa letihnya
saya. Anusku menganga lebar, dan menumpahkan semua pejuh yang
tersimpan di dalamnya. Tak ayal lagi, lantai bengkel itu hampir
banjir dengan sperma. Bau seks begitu terasa dan menusuk. Kami
semua berbaring di atas handuk saling berpelukkan. Saya menjadi
pusat perhatian dan berbaring diapit di antara Adi dan Parjo.
Adi nampaknya suka sekali padaku. Tak henti-hentinya dia
menciumiku dan meraba-raba sekujur tubuhku. Selama itu, celana
dalamku masih juga belum dilepaskan padahal celana dalam itu sudah
basah sekali berlumuran sperma. Tanpa perlu dijelaskan, kalian
pasti sudah tahu bahwa tubuh kami semua masih dipenuhi keringat dan
pejuh. Namun, kami tak peduli dna tetap saling berpelukkan. Adi
menciumiku dan berbisik, "Tau gak, sebenarnya papamulah yang
mengatur semua ini."
"Apa?" tanyaku tak percaya. Namun saya masih lemas sekali.
"Benar. Papamu itu langganan setia kami dan kami sering berhomoseks
bareng-bareng. Dia hanya ingin kamu pun merasakannya agar kalain
berdua nanti bisa saling negntot," jelas Adi, tetap memelukku
mesra.
Ternyata papaku cabul sekali. Dia bahkan tega meminta 3montir seksi
ini untuk mengambil keperjakaanku. Tapi tak apa. Saya sendiri kini
sudah yakin akan homoseksualitasku. Nanti, setibanya saya di rumah,
papaku akan merasakan akibatnya. Saya akan mengentotin pantatnya
sampai dia minta ampun. Aaahhh... tunggu saja, Pa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar