Jumat, 27 Februari 2015

Serangan fajar polisi kamar sebelah (bagian 2)

Setelah kutelan semua spermanya, kuperhatikan polisi itu. Ia masih tampak tertidur, namun dadanya nampak mengembang-kempis dengan cukup cepat, raut wajahnya tampak puas. Aku masih mengelus-elus kontolnya yang mulai melemas, dan sesuai harapanku kontolnya tidak benar-benar lemas, masih setengah tegang. Bola-bolanya kuremas-remas perlahan; bola kontol seukuran bola tenis seperti itu pasti membuat orang ini gampang horny dan produksi spermanya banyak. Apalagi cuaca dingin seperti ini, pasti bikin tambah horny. Dan bola-bolanya jadi mengerut, membuatnya tambah sensitif. Aku suka memainkan bola-bola kontol dalam keadaan seperti itu.

Tanpa kusadari elusanku bertambah jauh ke bawah. Kuelus-elus daerah perbatasan antara kontol dan anusnya, dan polisi itu pun menggeliat, antara kegelian atau kenikmatan. Sampai juga akhirnya di anusnya. Lubang hangat itu kuelus-elus, namun aku kemudian punya pikiran lain. Me-rimming polisi gimana ya sensasinya? Dengan perlahan kuturunkan sedikit lagi celananya, dan kucoba membuka sedikit kakinya lebih lebar. Tidak bisa benar-benar lebar, jadi kucoba mulai menjilati daerah sensitifnya itu, kumulai dari bola-bolanya. Polisi itu mulai mengerang kembali seiring dengan jilatan-jilatanku, kulirik kontolnya mulai bangkit kembali dan mengeras. Kugenggam batang kontol polisi itu dan kuurut perlahan sambil kuteruskan menelusuri area di bawah kontolnya, hingga aku sampai di lubang anusnya. Kujilat-jilat daerah itu sebisanya, dan polisi itu menggeliat-geliat sambil mengerang pelan. Tak lama kemudian aku menyadari celananya sudah melorot jauh. Ah kepalang tanggung! Kulepaskan celananya sehingga kini ia setengah telanjang, dan polisi itu pun melebarkan kakinya tanpa diminta. Maka kulanjutkan rimming-ku di lubang anusnya. Seru juga ternyata me-rimming polisi yang sedang tidur seperti ini! Walaupun kayanya sih ia cuma pura-pura tidur, hehehe...

Puas me-rimming anusnya, aku pun memasukkan jariku ke dalam anusnya. Agak longgar. Aku jadi yakin sekali bahwa polisi ini pecinta kontol; mana ada pria tulen yang anusnya longgar seperti dia! Kumainkan telunjukku di dalam anusnya, kutusuk cukup dalam dan kutekan-tekan prostatnya. Polisi itu mengerang agak keras dan batang kontolnya berkedut-kedut. Kumasukkan jari tengahku dan kuobok-obok anusnya, kali ini ia mengerang pendek-pendek. Kumasukkan satu jari lagi. Muat juga. Berarti polisi ini bisa disodok kontol segede apapun. Aku jadi ngaceng kembali memikirkannya, maka kukocok-kocok kontolku dengan cepat sampai mengeras. Nah sekarang, gimana caranya nyodok tanpa membangunkannya ya? Dan posisinya telentang seperti ini, gimana caranya nyodok...

Seakan bisa membaca pikiranku, polisi itu mendadak mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping. Aku mengamat-amati posisi tidurnya ini. Lubang anusnya agak tertutup, tapi kurasa aku bisa membuka kakinya... Aku memosisikan diri di dekat pantatnya, lalu kubuka kakinya perlahan-lahan. Kukocok sebentar kontolku supaya keras kembali, lalu perlahan-lahan kudorong ke lubang anusnya. Seret juga tanpa pelumas begini, tapi kepalang tanggung... Kudorong terus pinggulku tanpa peduli apakah polisi itu merasakan sakit atau tidak; ah dia pasti bisa tahan sakit! Kuhentakkan pinggulku dan akhirnya kontolku masuk semuanya di dalam anusnya. Aku tidak pernah nyodok seseorang dalam posisi seperti ini, jadi kucoba cari posisi yang nyaman. Pertama aku mencoba berbaring di belakangnya dan menyodoknya, tapi posisi itu sulit sekali. Akhirnya aku meniduri tubuhnya, dan sodokanku berbuah kenikmatan baik untukku dan untuk polisi itu. Kami berdua balas-berbalas erangan selagi aku memompakan kontolku di dalam anus polisi itu.

Dan ia benar-benar bot tulen karena ia akhirnya muncrat duluan. Tembok dan ranjangku jadi belepotan spermanya, tapi biar lah... Aku sendiri tak lama kemudian menumpahkan spermaku di dalam pantatnya. Aku pun merebahkan diri di samping polisi itu, sambil tetap membiarkan kontolku berada di dalam pantatnya, dan akhirnya tertidur juga kelelahan.

Entah aku tertidur berapa lama, tapi sepertinya hujan sudah berhenti. Udara masih terasa dingin, harusnya fajar sudah menjelang. Tapi aku merasakan sesuatu yang nikmat di antara kedua kakiku. Seingatku tadi malam aku tertidur dengan kontolku di dalam anus si polisi... Aku mencoba membuka kedua mataku walaupun terasa berat, dan aku melihat pemandangan yang cukup langka. Polisi itu ternyata sudah bangun, kemeja seragamnya sudah dikenakan kembali, dan ia sedang menduduki kontolku, bergerak naik turun mengentot anusnya menggunakan kontolku. Kadang ia hanya diam menduduki kontolku, mungkin kelelahan. Kuputuskan untuk menikmati permainannya beberapa saat dan berpura-pura masih tidur, walaupun aku tak bisa menahan eranganku. Tapi lama-lama aku ingin melihat pemandangan langka itu. Dan aku pun membuka mataku.

"Ah Mas sudah bangun?" sapanya sambil terlihat malu sekali. "Lha Masnya bangunin sih..." "Maaf Mas, saya  nggak tahan soalnya." Wah yang tadi malam masih belum cukup juga toh? "Tadi malam memang saya menikmati permainan Mas, tapi saya masih pingin lagi." "Ah ga pa pa Mas, punya peler segede itu memang repot kok, pasti susah nahan nafsu ya?" Polisi itu tertawa kecil. "Lanjutin aja Mas, saya juga pingin lihat polisi naikin kontol saya." Aku pun mengambil bantal untuk menopang kepalaku sambil aku menonton polisi itu menggenjot kontolku. Benar-benar sensasional. Kontolnya yang tegang itu terayun-ayun, suara bola-bola kontolnya beradu dengan perutku membuat suasana semakin panas. Walaupun sudah sering disodok, polisi itu pintar memainkan lubang anusnya sehingga mencengkeram kontolku dengan kuat. Sesekali peluhnya menetes di tubuhku.

"Aaahhh mau keluarrrr...," erangku. Polisi itu dengan sigap menghentikan entotannya. "Lho kok berhenti Mas? Tanggung nih..." "Saya pingin Mas nembak di mulut saya, boleh?" "Boleh aja, isep kontolku cepat!" Ia langsung nungging di sebelahku dan menghisap kontolku kuat-kuat. "Oooooohhhh... Polisi suka ngisep ya... isep tuh batang kontolku... Mmmmhhhh... Aaahhh rapetin lagi... Aaaahhh...Uuuuhhh... Mau keluaaarrr..." Aku mengangkat pinggulku dan menusukkan kontolku dalam-dalam, membuatnya agak tersedak, dan menembakkan pejuhku sebanyak-banyaknya. Aku pun terengah-engah di atas ranjang. "Enak Mas pejuhnya, gurih, anget... Pas buat sarapan." "Lah tahu gitu tadi malam ga dikeluarin semua Mas, biar kenyang minum pejuhku..." Polisi itu tertawa kecil. "Kalau gitu pejuhmu saja diminum sendiri." Aku beranjak mendekat dan menjilati kontolnya, membuatnya mengerang. "Pake celananya Mas, aku pingin ngisep polisi yang masih pake seragam lengkap." Ia pun menuruti perintahku. "Masnya duduk aja di tepi ranjang, atau sandar di tembok juga bisa." Aku pun langsung membuka resleting celananya dan mengeluarkan batang serta bola-bola kontolnya yang raksasa itu. "Kontolnya keren abis Mas," pujiku sambil mengelus-elus batangnya yang keras itu, precum sudah meleleh di ujungnya. Ia hanya tertawa. "Pasti banyak yang suka." "Ah ndak juga Mas, saya jarang kok main." "Lha ini? Lagi pingin yaaaa?" Ia tersipu malu. Aku menjilat-jilat kepala kontolnya dan ia pun mendesah pelan. Tanganku meremas-remas bola-bolanya. "Pasti pejuhnya banyak nih Mas? Polisi perkasa nih." Ia tak berkomentar, hanya mengerang menikmati servisku pada bonggolan kejantanannya. Setelah kepala kontolnya basah, kugunakan tanganku untuk mengelus-elus kepala kontolnya sambil lidahku kini menjelajahi bola-bola kontolnya. Erangannya benar-benar seksi, membuatku semakin beringas menjilati seluruh bagian kontolnya. "Mau keluar Mas?" "Belum, isepin dong..." Kupenuhi permintaannya dan kuhisap-hisap batang kontolnya, sambil tanganku yang bebas mengelus-elus dan meremas-remas bola-bola kontolnya; sesekali kuelus-elus juga dadanya. "Mmmmhhh enak Maasss... ooohhh... aduh ngiluuuu... geli... aaaahhh... kencengin dikit Mas, mau keluar nih..." Polisi itu memegangi kepalaku dan menggerakkannya naik turun mengocok kontolnya, kurapatkan bibirku dan kusapukan lidahku ke segala penjuru kontolnya sambil tetap kuremas-remas bola-bola kejantanannya. "Mmmmmmhhhaaahhhh... keluaaaarrr.... ooooohhhhh..." Aku merasakan sesuatu yang hangat mulai memancar dari ujung kontolnya, dan akhirnya kurasakan juga gurih dan hangatnya pejuhnya. Cukup banyak juga pejuhnya sampai meleleh dari sudut mulutku. Setelah pancarannya melemah, kukeluarkan kontolnya dari mulutku dan langsung kucium polisi itu; kumainkan lidahku dan kupindahkan sebagian pejuhnya ke mulutnya. Benar-benar pengalaman yang tak bisa kulupakan.

Sejak saat itu, polisi itu pindah ke kamarku, walaupun kamarku jadi sempit tak karuan. Tak lama pun kami pindah ke kamar lain yang lebih besar, dan sejak saat itu aku selalu sarapan pejuhnya. Serangan fajar polisi kamar sebelah pun tak ada lagi, karena kini aku harus menghadapi serangan fajar polisi sekamar tiap harinya. Tapi aku menyukainya.





Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar