Jumat, 27 Februari 2015

Berteduh di Pos Jaga Polantas (bagian 2)

Cerita ini hanyalah rekaan semata, kesamaan nama dan tempat hanyalah kebetulan belaka. PERINGATAN: Konten ini mengandung materi dewasa dan homoseksualitas. Jika Anda tidak dapat menerima materi ini, segera tinggalkan blog ini.

Polisi itu menjilati kontolku seperti es krim; kepala kontolku dilumatnya dengan lidahnya yang kasar dan hangat, memberikan sensasi tersendiri yang sangat nikmat. Aku menggelinjang sambil sesekali memegangi kepalanya; saat itu ia selalu memandangku dan tersenyum, membuatku semakin melayang. Tak lupa ia juga menjilati bola-bolaku sampai basah, namun yang paling kusuka adalah saat ia melumat kontolku. Perlahan-lahan polisi itu melahap kontolku sampai ke pangkalnya, lalu ia menghisapnya perlahan-lahan, semakin lama semakin cepat. "Aaaahhhh maaassss... enaaakkkhhhh... mau keluar niiiihhh.....," desahku tak tahan. Memang saat itu aku sudah hampir mencapai puncak.

"Keluarin aja Mas," kata Samuel. "Keluarin di mulutku. Aku ingin minum pejuhmu..." Polisi itu mempercepat hisapannya, membuatku semakin terangsang. "Ooooooohhhhhh...." Tak lama kemudian aku tak bisa menahannya, kontolku mulai menembakkan cairan spermaku ke mulut Samuel. Semula ia tersedak karena semprotanku, namun ia terus menelannya. Empat tembakan dan pancaran maniku mulai melemah; memang kemarin aku sudah ngocok. Polisi itu terus saja menjilati kontolku seakan tak ingin melewatkan setitik pun cairan spermaku. "Ah geli Mas," ujarku, dan barulah polisi itu mengeluarkan kontolku dari mulutnya. "Enak Mas?"

"Enak banget, hangat dan manis," jawabnya sambil tersenyum. "Makasih ya." Ia membantuku duduk dan merapikan kontolku kembali ke celanaku.

"Tunggu Mas, Mas kan belum keluar," ujarku sambil mengelus-elus kontolnya. "Nah masih tegang gini lho, basah pula celananya Mas... Nanggung kalau nggak dikeluarin. Kukeluarin ya?" Samuel tidak menjawab, ia hanya tersenyum. Kuulangi pertanyaanku itu sambil kuremas kontolnya, barulah ia menjawab, "Kocokin Mas. Sudah lama aku nggak dikocokin."

"Tapi nanti kuhisap boleh ya?" pintaku. Samuel mengangguk sambil tersenyum. Maka segera kubuka resleting celana dinasnya yang sudah basah kuyup itu. "Gak papa ta Mas basah gini? Nanti teman Mas kalau ada yang tanya gimana?"

"Gampang itu, kujawab aja ketumpahan kopi," jawab Samuel lalu tertawa, kemudian ia mengerang ketika tanganku merogoh ke dalam celana dinasnya untuk mengeluarkan kontolnya. "Enak Mas... sempit ya celanaku?"

"Iya Mas, gak sakit ta kalau ngaceng?"

"Gak tuh, malah enak, sensasinya gimana gitu. Aku suka kamu mainin kontolku dari luar celana."

"Tapi sekarang takkocok dulu ya?" Akhirnya aku berhasil mengeluarkan batang kontolnya yang sudah berdiri tegak sedari tadi. Kuamati batang kontolnya yang besar dan sedikit berurat itu; kepalanya merah menonjol. Samuel menggodaku, katanya, "Suka ya Mas sama kontolku?" Kujawab dengan kocokan pada kepala kontolnya, dan polisi itu pun mengerang. Tak tahan dengan erangannya, kucium polisi itu sambil tetap kukocok batang kontolnya. Erangannya tertahan dalam ciumanku, dan ia mulai menggodaku lagi dengan meremas-remas kontolku. Kuurut batang kontolnya dengan lembut, tapi rasanya agak seret. Akhirnya kujilati batang kontolnya untuk membasahinya dengan air liurku, dan polisi itu rupanya menyukainya. "Isepen Mas..." Kuturuti perintahnya; kuhisap batang kontolnya seperti saat ia menghisap kontolku tadi. "Ayo Mas, cepetin, aaughhhh enak Mas... akh akh akh akh..." Aku semakin bersemangat menghisap kontolnya, walaupun tak semuanya bisa kumasukkan dalam mulutku. "Enakkhhh, aaaaakkkhhh mau keluaaarrrr... Terimalah manikuuuu... Oooooooaaaaaaaaaarrrrrgghhhhh...." Polisi itu mengejan dan dalam sekejap tenggorokanku hangat dibasahi cairan mani yang menyembur keluar dari kontolnya. Maninya banyak sekali, baru setelah tujuh kali tembakan pancarannya mulai melemah. Polisi itu bernafas menderu; tangannya memegangi kepalaku yang masih membersihkan sisa-sisa mani dari kontolnya. "Makasih Maaaassss... enak banget..."

"Sama-sama Mas," ujarku, lalu aku pun mencium polisi itu. Kami berciuman cukup lama; polisi itu merangsangku lagi tapi aku menahan diri untuk tidak melanjutkan permainan itu karena hujan sudah mulai mereda. Akhirnya kami pun bertukar nomor HP. Yang menyenangkan, polantas itu bersedia mengantarku pulang. Sepanjang perjalanan aku menggodanya dengan menelusupkan tanganku ke selangkangannya, dan di tempat yang cukup sepi kubuat polisi itu muncrat untuk kedua kalinya. Benar-benar malam yang tak terlupakan.

Sejak itu, kami bersahabat erat. Tiap minggu ketika ia sedang tidak dinas, kusempatkan mampir ke kosnya dan kami pun memadu kasih. Dua minggu setelahnya ia menembakku, dan aku pun menerimanya. Kami pun semakin erat setelah itu. Sayang usia hubungan kami tidak lama, karena ia dipindahtugaskan ke kota lain, dan ia tidak bisa menolak penugasan itu. Walaupun demikian, kami tetap berhubungan, dan ia mengizinkanku mencari pria lain untuk menggantikan posisinya memuaskan hasratku. Ia sempat mengenalkanku dengan rekannya yang ternyata juga gay (bahkan kami pernah main bertiga, tapi itu cerita lain kali), dan ia tidak cemburu tiap kali aku cerita saat aku main bersama rekannya itu. Sesekali ia menyempatkan diri ke Surabaya, dan pasti kusempatkan bertemu dengannya untuk memadu kasih melepas rindu. Oh betapa aku sayang padanya...

Tapi petualanganku dengan pria berseragam tidak selesai begitu saja. Masih ada cerita-cerita lain bersama dengan polisi lain, tentara, dan bahkan satpam sebuah mal di pusat Surabaya. Itu untuk lain cerita.





Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar